BAB I
PENDAHULUAN
1.1.LATAR
BELAKANG
Sejak adanya sejarah
kehidupan manusia di bumi ini, manusia telah berusaha mengumpulkan fakta. Dari fakta ini kemudian
disusun dan disimpulkan menjadi berbagai teori, sesuai fakta yang di kumpulkan
tersebut. Teori – teori tersebut kemudian digunakan untuk memahami gejala –
gejala alam dan kemasyarakatan yang lain. Sejalan dengan perkembangan
kebudayaan, sosial, politik, ekonomi dan teknologi umat manusia, teori – teori
tersebut makin berkembang baik kualitas maupun maupun kuantitasnya, seperti apa
yang telah kita rasakan dewasa ini. Makalah ini membahas tentang Teori Florence
Nigthingale, yang didalamnya berisi tentang isi dari teori Nightingale,
pembahasan teori, dan contoh peran perawat berdasarkan teori Nightingale. Apa
yang berada dalam makalah ini sangat bermanfaat dan berguna terutama bagi
seorang perawat. Teori Nightingale adalah teori yang mengemukakan tentang
lingkungan. Florence Noghtingale sendiri adalah perawat yang pertama kali ada
di dunia dan beliau di kenal sebagai wanita yang pantang menyerah dalam merawat
pasien dan memiliki jiwa penolong serta sangat berperan penting dalam
perkembangan ilmu keperawatan. Teori dari Florence nightingale sangatlah
bermanfaat bagi para perawat terutama pada saat kita merawat pasien. Mungkin
pada saat kita merawat pasien kita melupakan faktor lingkungan di sekitar
pasien, padahal lingkungan sangatlah berpengaruh dalam penyembuhan pasien.
Pasien sangatlah membutuhkan kenyamanan dan ketenangan pada saat dia di rawat.
Semoga dengan adanya makalah ini dapat menjadi bahan perhatian kita semua.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. BIOGRAFI FLORENCE
NIGHTINGLE
Dua bayi perempuan dilahirkan di
tengah keluarga William (W.E.N) dan Fanny Nightingale dalam suatu perjalanan
panjang keliling Eropa. Parthenope, anak pertama, lahir di Napoli, Yunani.
Putri kedua diberi nama sesuai dengan nama sebuah kota di Italia, tempat dia
dilahirkan pada tanggal 12-Met 1820: Florence.
Florence Nightingale dibesarkan dalam sebuah keluarga kaya yang tinggal di luar kota London, dikelilingi pesta-pesta yang terus berlangsung, sebuah rumah musim panas bernama Lea Hurst, dan tamasya ke Eropa. Tetapi pada tahun 1837, pada usia tujuh belas tahun, dia menulis di buku hariannya, “Pada tanggal 7 Februari, Tuhan berbicara kepadaku dan memanggilku untuk melayani-Nya.” Tetapi pelayanan apa?
Dia menyadari bahwa dirinya merasa bersemangat dan sangat bersukacita — bukan karena status sosial keluarga kaya — saat dia merawat keluarga-keluarga miskin yang hidup di gubuk gubuk sekitar Embley, rumah keluarganya.
Florence Nightingale dibesarkan dalam sebuah keluarga kaya yang tinggal di luar kota London, dikelilingi pesta-pesta yang terus berlangsung, sebuah rumah musim panas bernama Lea Hurst, dan tamasya ke Eropa. Tetapi pada tahun 1837, pada usia tujuh belas tahun, dia menulis di buku hariannya, “Pada tanggal 7 Februari, Tuhan berbicara kepadaku dan memanggilku untuk melayani-Nya.” Tetapi pelayanan apa?
Dia menyadari bahwa dirinya merasa bersemangat dan sangat bersukacita — bukan karena status sosial keluarga kaya — saat dia merawat keluarga-keluarga miskin yang hidup di gubuk gubuk sekitar Embley, rumah keluarganya.
Pada saat Florence berusia dua puluh
empat tahun, dia merasa yakin bahwa panggilannya adalah merawat orang sakit.
Tetapi pada tahun 1840-an, para gadis Inggris terhormat tidak akan bersedia
menjadi perawat. Pada masa itu, perawat tidak melebihi fungsi sebagai pembantu
yang melakukan semua pekerjaan di rumah sakit — rumah sakit umum (para orang
kaya dirawat di rumah sendiri) — dan dianggap sebagai peminum atau pelacur.
Tetapi Florence, yang belum menikah
dan masih tinggal bersama orang tuanya, merasa hampir gila karena
ketidakproduktifan dan rasa frustrasi. Dia bertanya kepada seorang dokter tamu
dari Amerika, dr. Samuel Howe, “Apakah pantas bagi seorang gadis Inggris
mencurahkan hidupnya untuk menjadi seorang perawat?” Dia menjawab, “Di Inggris,
semua yang tidak biasa dianggap tidak layak. Tetapi bukanlah sesuatu yang tidak
mungkin terjadi atau tidak wajar bagi seorang wanita terhormat bila melakukan
suatu pekerjaan yang membawa kebaikan bagi orang lain.”
Florence sering bertanya-tanya, mengapa gereja Protestan tidak seperti Catholic Sisters of Charity — suatu jalan bagi para wanita untuk mencurahkan hidupnya dengan melayani orang lain. Dr. Howe menceritakan kepadanya tentang Kaiserworth di Jerman, didirikan oleh Pendeta Theodor Fliedner. Tempat itu mempunyai rumah sakit yang dilengkapi ratusan tempat tidur, sekolah perawatan bayi, sebuah penjara berpenghuni dua belas orang, sebuah rumah sakit jiwa untuk para yatim, sekolah untuk melatih para guru, dan sekolah pelatihan untuk para perawat disertai ratusan diaken. Setiap kegiatan selalu diikuti dengan doa.
Florence sering bertanya-tanya, mengapa gereja Protestan tidak seperti Catholic Sisters of Charity — suatu jalan bagi para wanita untuk mencurahkan hidupnya dengan melayani orang lain. Dr. Howe menceritakan kepadanya tentang Kaiserworth di Jerman, didirikan oleh Pendeta Theodor Fliedner. Tempat itu mempunyai rumah sakit yang dilengkapi ratusan tempat tidur, sekolah perawatan bayi, sebuah penjara berpenghuni dua belas orang, sebuah rumah sakit jiwa untuk para yatim, sekolah untuk melatih para guru, dan sekolah pelatihan untuk para perawat disertai ratusan diaken. Setiap kegiatan selalu diikuti dengan doa.
Bahkan sebelum dia memutuskan untuk
pergi, dengan semangat tinggi Florence menanggapi bahwa Kaiserworth adalah
tujuannya. Tahun 1846, Florence melakukan perjalanan ke Roma bersama
teman-temannya, Charles dan Selina Bracebridge. Pada perjalanan ini, dia
bertemu dengan Sidney Herbert dan istrinya, Liz. Mereka adalah orang Kristen
yang taat. Kemudian dia menjadi Menteri Perang dan seorang teman serta
pendorong, semangat bagi Florence Nightingale.
Pada bulan Juli 1850, di usianya yang ke-30, akhirnya Florence pergi ke Kaiserworth di Jerman selama dua minggu. Setahun kemudian, dia pulang ke rumah dan tinggal selama tiga bulan. Dia pulang dengan sikap baru. Sekarang dia tahu bahwa dirinya harus membebaskan diri dari kehidupannya yang terkekang.
Pada bulan Juli 1850, di usianya yang ke-30, akhirnya Florence pergi ke Kaiserworth di Jerman selama dua minggu. Setahun kemudian, dia pulang ke rumah dan tinggal selama tiga bulan. Dia pulang dengan sikap baru. Sekarang dia tahu bahwa dirinya harus membebaskan diri dari kehidupannya yang terkekang.
Tiga tahun kernudian, dia
melaksanakan pekerjaan keperawatannya yang pertama sebagai pengawas di
Institute for the Care for Sick Gentle Woman in Distressed Circumstances. Dia
memasukkan pemikiran-pemikiran baru ke dalam institusi itu dan menerapkan
beberapa ide yang revolusioner, seperti pipa air panas ke setiap lantai,
elevator untuk mengangkut makanan pasien, dan para pasien dapat langsung
memanggil para perawat dengan menekan bel. Dia juga menetapkan bahwa institusi
tersebut bukan institusi sekte — menerima semua pasien dari semua denominasi
dan agama. (Komite institusi ini menginginkan agar institusi tersebut hanya menerima
jemaat Gereja Inggris).
Pada tahun 1854, ketika Inggris dan
Perancis mengumumkan perang terhadap Rusia untuk menguasai Crimea dan
Konstantinopel — pintu gerbang menuju Timur Tengah — Sidney Herbert, sebagai
Menteri Perang, meminta Florence untuk mengepalai sebuah tim perawat bagi rumah
sakit militer di Scutari, Turki. Florence menggunakan kesempatan ini. Dia tiba
bersama sebuah tim pilihan yang terdiri dari 38 orang perawat. Hanya 14 orang
perawat yang mempunyai pengalaman di lapangan; 24 orang lainnya adalah anggota
lembaga keagamaan yang terdiri dari Biarawati Katolik Roma, Dissenting
Deaconnesses, perawat rumah sakit Protestan, dan beberapa biarawati Anglikan
yang berpengalaman di bidang penyakit kolera. Teman-temannya, Charles dan
Selina Bracebridge juga turut bersama tim tersebut untuk mendorong semangatnya.
Selama perang berlangsung, Florence menghadapi pertempuran berat untuk
meyakinkan para dokter militer bahwa para perawat wanita pun diperlukan di
sebuah rumah sakit militer. Perang Crimea telah membongkar sistem kemiliteran
Inggris yang ternyata mengirim ribuan prajurit untuk menjemput kematiannya
sendiri akibat kekurangan gizi, penyakit, dan diabaikan. Sebanyak 60.000
prajurit Inggris dikirim ke Crimea. Sejumlah 43.000 meninggal, sakit, atau
terluka, dan hanya 7.000 yang terluka oleh musuh. Sisanya merupakan korban akibat
lumpur, kekacauan, dan penyakit.
Pada saat perang akan berakhir,
laporan dan saran Florence Nightingale membuat Inggris seperti dilanda badai.
Dia menjadi pahlawan wanita negara tersebut. Pada tahun 1860, Sekolah
Keperawatan Nightingale dibuka di London dan kelas pertamanya berisi lima belas
orang murid wanita muda. Sepanjang hidupnya, sebelum dia meninggal saat sedang
tidur pada usia sembilan puluh tahun di tahun 1910, dia bekerja tanpa lelah
untuk mengadakan perubahan-perubahan di kemiliteran yang berhubungan dengan
perawatan kesehatan dan medis.
Sebab dia telah bersumpah, “Semua yang terjadi di Crimea, tidak boleh terulang kembali.”
Sebab dia telah bersumpah, “Semua yang terjadi di Crimea, tidak boleh terulang kembali.”
2.2. ISI TEORI FLORENCE NIGHTINGLE
Konsep
Nightingale menempatkan lingkungan sebagai fokus asuhan keperawatan dan perhatian
di mana perawat tidak perlu memahami seluruh proses penyakit merupakan upaya
awal untuk memisahkan antara profesi keperawatan dan kedokteran.
Nightingale tidak memandang perawat secara sempit yang hanya sibuk dengan masalah pemberian obat dan pengobatan, tetapi lebih berorientasi pada pemberian udara, lampu, kenyamanan lingkungan, kebersihan, ketenangan dan nutrisi yang adekuat ( Nightingale, 1860; Torres, 1986 ). Melalui observasi dan pengumpulan data, Nightingale menghubungkan antara status kesehatan klien dengan faktor lingkungan dan, sebagai hasil, yang menimbulkan perbaikan kondisi higiene dan sanitasi selama perang Crimean.
Nightingale tidak memandang perawat secara sempit yang hanya sibuk dengan masalah pemberian obat dan pengobatan, tetapi lebih berorientasi pada pemberian udara, lampu, kenyamanan lingkungan, kebersihan, ketenangan dan nutrisi yang adekuat ( Nightingale, 1860; Torres, 1986 ). Melalui observasi dan pengumpulan data, Nightingale menghubungkan antara status kesehatan klien dengan faktor lingkungan dan, sebagai hasil, yang menimbulkan perbaikan kondisi higiene dan sanitasi selama perang Crimean.
Torres
mencatat ( 1986 ) mencatat bahwa nightingale memberikan konsep dan penawaran
yang dapat divalidasi dan digunakan untuk menjalankan praktik keperawatan.
Nightingale dalam teori deskripsinya memberikan cara berpikir tentang
keperawatan dankerangka rujukan yang berfokus pada klien dan lingkungannya (
Torres, 1986). Surat Nightingale dan tulisannya tangannya menuntun perawat
untuk bekerja atas nama klien. Prinsipnya mencakup bidang pelayanan,
penelitian, dan pendidikan.Hal paling penting adalah konsep dan prinsip yang
membentuk dan melingkupi praktik keperawatan (marriner – tomey, 1994).
Nightingale berpikir dan menggunakan proses keperawatan. Ia mencatat bahwa
observasi [pengkajian]... bukan demi berbagai informasi atau fakta yang
mencurigakan, tetapi demi penyelamatan hidup dan meningkatkan kesehatan dan
keamanan."
2.3. KONSEP MODEL FLORENCE NIGHTINGLE
Inti konsep Florence Nightingale,
pasien dipandang dalam kontek lingkungan secara keseluruhan, terdiri dari
lingkungan fisik, lingkungan psikologis dan lingkungan sosial.
1. Lingkungan fisik (physical enviroment)
Merupakan lingkungan dasar/alami yan
gberhubungan dengan ventilasi dan udara. Faktor tersebut mempunyai efek
terhadap lingkungan fisik yang bersih yang selalu akan mempengaruhi pasien
dimanapun dia berada didalam ruangan harus bebas dari debu, asap, bau-bauan.
Tempat tidur pasien harus bersih,
ruangan hangat, udara bersih, tidak lembab, bebas dari bau-bauan. Lingkungan
dibuat sedemikian rupa sehingga memudahkan perawatan baik bagi orang lain
maupun dirinya sendiri. Luas, tinggi penempatan tempat tidur harus memberikan
memberikan keleluasaan pasien untuk beraktifitas. Tempat tidur harus
mendapatkan penerangan yang cukup, jauh dari kebisingan dan bau limbah. Posiis
pasien ditempat tidur harus diatur sedemikian rupa supaya mendapat ventilasi.
2. Lingkungan psikologi (psychologi
enviroment)
Florence Nightingale melihat bahwa
kondisi lingkungan yang negatif dapat menyebabkan stress fsiik dan berpengaruh
buruk terhadap emosi pasien. Oleh karena itu ditekankan kepada pasien menjaga
rangsangan fisiknya. Mendapatkan sinar matahari, makanan yang menarik dan
aktivitas manual dapat merangsanag semua faktor untuk membantu pasien dalam
mempertahankan emosinya.
Komunikasi dengan p[asien dipandang
dalam suatu konteks lingkungan secara menyeluruh, komunikasi jangan dilakukan
secara terburu-buru atau terputus-putus. Komunikasi tentang pasien yang
dilakukan dokter dan keluarganya sebaiknya dilakukan dilingkungan pasien dan
kurang baik bila dilakukan diluar lingkungan pasien atau jauh dari pendengaran
pasien. Tidak boleh memberikan harapan yang terlalu muluk, menasehati yang
berlebihan tentang kondisi penyakitnya.
Selain itu membicarkan kondisi-kondisi lingkungna dimana dia berada atau cerita hal-hal yang menyenangkan dan para pengunjung yang baik dapat memberikan rasa nyaman.
Selain itu membicarkan kondisi-kondisi lingkungna dimana dia berada atau cerita hal-hal yang menyenangkan dan para pengunjung yang baik dapat memberikan rasa nyaman.
3. Lingkungan sosial (social
environment)
Observasi dari lingkungan sosial
terutama huhbungan yang spesifik, kumpulan data-data yang spesifik dihubungkan
dengan keadaan penyakit, sangat penting untuk pencegahan penyakit. Dengan
demikian setiap perawat harus menggunakan kemampuan observasi dalam hubungan dengan
kasus-kasus secara spesifik lebih dari sekedar data-data yang ditunjukkan
pasien pada umumnya.
Seperti juga hubungan komuniti dengan
lingkungan sosial dugaannya selalu dibicarakan dalam hubungna individu paien
yaitu lingkungan pasien secara menyeluruh tidak hanya meliputi lingkungan rumah
atau lingkungan rumah sakit tetapi juga keseluruhan komunitas yang berpengaruh
terhadap lingkungan secara khusus.
Hubungan teori Florence Nightingale
dengan beberapa konsep
1.
Hubungan
teori Florence Nightingale dengan konsep keperawatan :
a.
Individu
/ manusia
Memiliki
kemampuan besar untuk perbaikan kondisinya dalam menghadapi penyakit
b.
Keperawatan
Berrtujuan
membawa / mengantar individu pada kondisi terbaik untuk dapat melakukan
kegiatan melalui upaya dasar untuk mempengaruhi lingkungan.
c.
Sehat
/ sakit
Fokus
pada perbaikan untuk sehat.
d.
Masyarakaat
/ lingkungan
Melibatkan kondisi eksternal yang mempengaruhi kehidupan dan
perkembangan individu, fokus pada ventilasi, suhuu, bau, suara dan cahaya.
2. Hubungan teori Florence Nightingale
dengan proses keperawatan
a. Pengkajian / pengumpulan data
Data pengkajian Florence N lebih menitik beratkan pada kondisi
lingkungan (lingkungan fisik, psikhis dan sosial).
b. Analisa data
Data dikelompokkan berdasarkan lingkungan fisik, sosial dan
mental yang berkaitan dengan kondisi klien yang berhubungan dengan lingkungan
keseluruhan.
c. Masalah
Difokuskan pada hubungan individu dengan lingkungan misalnya
:
·
Kurangnya
informasi tentang kebersihan lingkungan
·
Ventilasi
·
Pembuangan
sampah
·
Pencemaran
lingkungan
·
Komunikasi
sosial, dll
d. Diagnosa keperawatan
Berbagai maslah klien yang
berhubungan dengan lingkungan antara lain :
·
Faktor
lingkungan yang berpengaruh terhadap efektivitas asuhan.
·
Penyesuaian
terhadap lingkungan.
·
Pengaruh
stressor lingkungan terhadap efektivitas asuhan.
·
e. Inplementasi
Upaya dasar merubah / mempengaruhi lingkungan yang
memungkinkan terciptanya kondisi lingkungan yang baik yang mempengaruhi
kehidupan, perrtumbuhan dan perkembangan individu.
f. Evaluasi
g. Mengobservasi dampak perubahan
lingkungan terhadap kesehatan individu.
3.
Hubungan
teori Florencen Nightingale dengan teori-teori lain :
a. Teori adaptasi
Adaptasi menunjukkan penyesuaian diri terhadap kekuatan yang
melawannya. Kekuatan dipandang dalam konteks lingkungan menyeluruh yang ada
pada dirinya sendiri. Berrhasil tidaknya respon adapatsi seseorang dapat
dilihat dengan tinjauan lingkungan yang dijelaskan Florence N.
Kemampuan diri sendiri yang alami dapat bertindak sebagai pengaruh dari lingkungannya berperanpenting pada setiap individu dalam berespon adaptif atau mal adaptif.
Kemampuan diri sendiri yang alami dapat bertindak sebagai pengaruh dari lingkungannya berperanpenting pada setiap individu dalam berespon adaptif atau mal adaptif.
b. Teori kebutuhan
Menurut Maslow pada dasarnya mengakui pada penekanan teori
Florence N, sebagai conoth kebuuthan oksigen dapat dipandang sebagai udara
segar, ventilasi dan kebutuhanlingkungan yang aman berhubungan dengan saluran
yang baik dan air yang bersih.
Teori kebutuhan menekankan bagaimana hubungan kebutuhan yang
berhubungan dengan kemampuan manusia dalam mempertahankan hidupnya.
c. Teori stress
Stress meliputi suatu ancaman atau suatu perubahan dalam
lingkungan, yang harus ditangani. Stress dapat positip atau negatip tergantung
pada hasil akhir. Stress dapat mendorong individu untuk mengambil tindakan
positip dalam mencapai keinginan atau kebutuhan.
Stress juga dapat menyebabkan kelelahan jika stress begitu
kuat sehingga individu tidak dapat mengatasi. Florence N, menekankan penempatan
pasien dalamlingkungan yang optimum sehingga akan menimumkan efek stressor,
misalnya tempat yang gaduh, membangunkan pasien dengan tiba-tiba, ,semuanya itu
dipandang sebagai suatu stressor yang negatif. Jumlah dan lamanya stressor juga
mempunyai pengaruh kuat pada kemampuan koping individu.
BAB III
PENUTUP
a.
Kesimpulan
Florence Nightingale “Ibu dari keperawatan modern” merupakan salah satu
pendiri yang meletakan dasar-dasar teoti keperawatan yang melalui model konsep
dan teori keperawatan yaitu dengan mengidentifikasi peran perawat menemukan
kebutuhan dasar manusia pada klien serta pentingnya pengaruh lingkungan di
dalam perawatan orang yang sakit yang dikenal dengan teori lingkunganya.
Selain itu Florence Nightingale juga membuat standar pada pendidikan
keperawatan serta standar pelaksanaan asuhan keperawatan yang efesien.
DAFTAR
PUSTAKA
http://jatiarsoeko.blogspot.com/2012/01/makalah-model-konsep-florence.html (diakses tanggal : 25 Maret 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar